Senin, 14 Januari 2013

Drama Komedi Sehari-hari 3 Perempuan 2 Laki-laki


Diceritakan Pada Malam hari Kemalingan terjadi lagi di sebuah kampung. Warga mengejar dan berteriak “maling.. MalingMaling tersebut membawa 1 Triliun uang kelurahan.

Lurah : Cari sampai dapat! Tadi larinya ke arah sini.Nur Annisa : Tapi kok hilang, Pak.

Lurah : Ya kalau begitu pasti ada di sekitar sini. Nggak mungkin jauh. Begini saja, kita berpencar saja.
farizan: Aduh, Pak, capek.
Lurah
Lurah : Sampeyan ini bagaimana? Baru begini saja capek. Ayo cepat! Sampeyan dan mbak Seseorang ke sana. Mas Seseorang cari yang sebelah sana.Farizan : Lha Bapak?Lurah : Saya jaga di sini.Warga : Woo...

Warga pun berpencar mencari maling, sedangkan pak lurah menunggu si maling datang.
Lurah : (menghela nafas) Ada-ada saja. Pencurian di desa ini kok ndak ada habisnya. Mulai dari kehilangan sandal, rantang isi makanan, pakaian, sampai kendaraan. Seminggu yang lalu sandalnya Mbak Mufidah hilang. Katanya, sandal itu mahal sekali harganya. Beli di luar negeri. Lalu dia lapor ke saya, minta tolong untuk menggerakkan seluruh jajaran Hansip mencarikan sandalnya. Sandal saja beli di luar negeri. Mungkin itu kenang-kenangan dari majikannya saat jadi TKW dulu.


Gara-gara itu, saya mulai habis isya sampai malam ikut muter-muter mencari. Jadi ndak bisa lihat sinetron kesukaan saya. (pada bagian ini bisa disebutkan salah satu judul sinetron yang sedang populer)

Benar-benar keterlaluan.
Desa Suka Makmur kok banyak maling. Tidak cocok dengan namanya, Suka Makmur. Siapa sih dulu yang punya ide nama Suka Makmur? Kalau begini terus, besok mau saya usulkan saja ke Presiden. Namanya diganti menjadi Suka Maling. Jadi kalau banyak pencurian saya tidak bakal disalahkan. Sudah sesuai dengan namanya.
Gara-gara itu, saya mulai habis isya sampai malam ikut muter-muter mencari. Jadi ndak bisa lihat sinetron kesukaan saya. (pada bagian ini bisa disebutkan salah satu judul sinetron yang sedang populer)
Benar-benar keterlaluan.
Desa Suka Makmur kok banyak maling. Tidak cocok dengan namanya, Suka Makmur. Siapa sih dulu yang punya ide nama Suka Makmur? Kalau begini terus, besok mau saya usulkan saja ke Presiden. Namanya diganti menjadi Suka Maling. Jadi kalau banyak pencurian saya tidak bakal disalahkan. Sudah sesuai dengan namanya.
Benar-benar keterlaluan. Desa Suka Makmur kok banyak maling. Tidak cocok dengan namanya, Suka Makmur. Siapa sih dulu yang punya ide nama Suka Makmur? Kalau begini terus, besok mau saya usulkan saja ke Presiden. Namanya diganti menjadi Suka Maling. Jadi kalau banyak pencurian saya tidak bakal disalahkan. Sudah sesuai dengan namanya.
Farizan : Pak, Lapor.
Lurah : Bagaimana?
Farizan : Sudah saya cari dari Sabang sampai Merauke...
Lurah : ....berjajar pulau-pulau?
Farizan : Bukan, nihil. Lha Bapak sendiri?
Lurah : Sama. Dari tadi saya jaga di sini tidak ada tanda-tanda maling yang lewat. Nihil.
Farizan : Wajar, Pak.
Lurah : Wajar bagaimana?
Farizan : Mana ada maling celingak-celinguk lewat di depan sampeyan.
Nur Annisa : Iya, Pak.
Lurah : Ada apa?
Lurah : Bu Poniman?
Lurah : Bu Poniman sia...
Mufidah : ....katanya, mulai sekarang kita tidak perlu bingung kalau mau ngambil TV, kulkas, atau motor. Cukup dengan KTP saja kita bisa kredit TV lho, Pak. Bayangkan. Biasanya harus pakai BPKB atau sertifikat tanah, ya kan, Mbak
Lurah : Diam! Sampeyan ini bagaimana? Tadi saya suruh apa?
Mufidah : ee.. anu.. cari..
Lurah : Cari maling kan? Kenapa malah cari kreditan?
Anisa Yuni: Eh, Pak. (sambil menunjuk ke rumah)
Nur Annisa : Iya, Pak. Jangan-jangan...
Lurah : …eits, jangan gegabah dulu.
Farizan : Tapi ini kan rumahnya…
Anisa Yuni : Sudahlah, Pak. Pasti dia. Sekali maling tetaplah maling.
Lurah : Tenang, tenang dulu. Kita lihat baik-baik dulu. (mengetuk pintu rumah) Kulo nuwun… Met Meti … Meti …. Meti …. (hening)
Nur Annisa : Lho, bener kan, Pak?
Lurah : Bener apanya?
Anisa Yuni : Ya pasti dia. Lihat dia sekarang pasti ketakutan di dalam.
Nur Anisaa : Benar, Pak. Kita dobrak saja pintunya.
Farizan, Mufidah ,Yuni : Ya, ya.. kita dobrak saja pintunya.
Lurah : Tenang, tenang dulu. Jangan ngawur.
Anisa Yuni : Sudahlah, Pak. Nanti dia keburu kabur lewat belakang. Ayo dobrak saja.
Farizan : Ya ayo… ( mengambil kursi kayu panjang di depan rumah dan akan digunakan sebagai alat pendobrak)
Semua warga : Satu… dua…. Ti….
Tiba-tiba Meti datang saat warga mau mndobrak
Meti : Hoi, ada apa ini?
Lurah : Lho, Meti ? (pada warga) He, bangkunya... Anu, Met, maaf. Tadi kita sedang mengejar maling.
Meti : Lha terus kok pada nggrumbul di depan rumah saya ada apa?
Lurah : Tadi malingnya lari ke sekitar sini, jadi e..., kami mengejar ke sini dan e.... kebetulan lewat rumahmu, jadi..
Anisa yuni: Jadi sekarang kamu ngaku saja Met. Mana hasil curianmu?
Meti : Curian? Curian apa? Lha wong aku dari WC umum kok?
Anisa Yuni: WC umum? WC umumnya kan jelas-jelas rusak.
Meti : Eh, anu, sungai.
Farizan : Sungai? Di sini mana ada sungai Met ?
Nur Annisa : Alah, ngaku saja, Met. Sekali maling tetap saja maling.
Meti : He, mulutmu nggak pernah disekolahkan ya? Ngomong seenaknya aja. Aku tadi dari jalan-jalan kok.
Lurah : Tenang, tenang. Jangan ribut. Met, kamu ngaku saja dari mana?
Meti : Dari jalan-jalan, Pak. Suer!
Farizan : Lha itu apa?
Meti : Mana?
Farizan : Itu dibalik jaketmu.
Meti : Nih liat (sambil membuka jaket)
Anisa Yuni: Di balik baju.
Nur Annisa : Lha itu apa ?
Lurah : Met, coba lihat isi bungkusan itu.
Meti : Wah, jangan Pak. Ini bukan milik umum, Pak.
Lurah : Sudah, keluarkan saja. Daripada kamu dikeroyok sama orang-orang.
Meti : Ampun, jangan! (menyerahkan bungkusan pada Lurah)
Lurah : (mengeluarkan sandal dari dalam bungkusan) Lho, punya siapa ini?
Mufidah : Lho, itu kan sandalku yang beli di luar negeri? Jadi kamu Met? Hah?
Lurah : Sudah, sudah. Kita tadi mau cari maling uang, bukan maling sandal.
Meti : Lho, jadi, ini tadi bukan dalam rangka mencari saya, toh?
Mufidah : Sekarang aku yang nyari kamu.
Lurah : Sudah, cukup! Tadi uang kantor kelurahan dicuri. Kita sekarang sedang mencarinya.
Meti : Oalah, lha ya mbok dari tadi ngomong. Saya kan nggak perlu deg-degan.
Nur Annisa : Deg-degan apa? Jangan-jangan kamu juga yang nyuri di kelurahan?
Meti : Kamu jangan sembarangan ya. Seenaknya saja menetapkan aku sebagai praduga tak berguna.
Anisa yuni : Praduga tak bersalah !!




Kemudian seorang datang dengah tergopoh-gopoh

Tidak lama kemudian, warga lainnya pun datang menghapiri Pak Lurah.
Mufidah: Pak, ada berita penting..
Nur Annisa: Tadi saya bertemu dengan Bu Poniman .
Nur Annisa : Iya....
Nur Annisa:  Benar, Pak. Apalagi cicilannya juga murah. Motor hanya 50 ribu per bulan. Kulkas 4 pintu hanya 30 ribu perbulan. Apalagi TV Smart hanya dua puluh ribu per bulan. Dan semua tanpa...

Kemudian salah satu warga datang dengan hasil nihil. dan Tiba-tiba …



 Meti : Ngawur! Ini aurat!
Lurah : sudah sudah , Mbak sama mas cari malingnya
 Farizan: Pak ,Jujur..  Saya malingnya.
Lurah : hah?? Benarkah itu?
Meti : kan, bukan aku kan yg maling uang kelurahan .
Farizan : saya mencuri uang kelurahan itu buat gantiin Motor saya yang hilang.
Nur Anisa : jangan di contoh ni yangg kayak gini.
Mufidah : Bener tuh.
Meti : sampean taruh mana uangnya ?
Farizan : taruh di semak2
Anisa yuni : dimana , tunjukkan !

 Mereka berjalan mengikuti Farizan ke tempat dimana uang berada.

Lurah : Warga ku , alangkah baiknya jika kita ada masalah , ceritakan padaku, jangan seperti ini, ini sangat memalukan. Ini pelajaran bagi kita, kalau kita tidak boleh mencuri yang bukan milik kita, itu dosa.
Farizan : maaf, pak,,, ya , lain kali saya tak begini

Warga pun pulang karena uang kelurahan sudah ketemu. Farizan tak dipenjara karena warga kasihan. Akhirnya , desa tersebut makmur. Tak ada lagi pencurian terjadi.